Jumat, 03 Desember 2010

yang harus difikirkan aktifis....

Hidup ini memang penuh masalah. Maka bila ada seseorang yang mengatakan bahwa hidupnya tidak ada masalah, maka sesungguhnya itulah masalahnya. Yaitu : tidak punya masalah.
 
Apakah lagi bagi yang bergelar Aktivis Dakwah Kampus, masalah adalah makanan sehari-hari mereka. Empat sehat lima sempurna. Gado-gado masalah selalu berseliweran di kepala. Bahkan ketika di dalam kelas saat kuliah, bisa jadi yang ada di fikirannya adalah “Jam segini rapat ini… jam sekian rapat itu…” Atau “Wah, proposal kegiatan belum jadi nih…” dsb. Hm.. repot juga ya.. Padahal kepala kan hanya satu . Oleh karena itulah, ADK perlu juga dibekali “Manajemen Konsentrasi”. Dan sebenarnya, shalat juga sudah mewakili dari training konsentrasi. Lima kali dalam sehari! Apatah lagi bila ditambah dengan shalat sunnah.

Kuliah dan dakwah “hanyalah” 2 bentuk masalah. Belum lagi bila ada ikhwah yang juga menjadi tulang punggung keluarga atau bahkan sudah menikah. Kuliah dan dakwah, sepintas, seperti berjumlah 2. Tetapi kita sering lupa, bahwa “anak cucunya” banyak. ‘Anaknya’ Kuliah : 144 SKS, ditambah menjadi asdos, tugas kuliah, belajar kelompok, Quiz, UTS, UAS, dll. ‘Anaknya’ Dakwah : dakwah di masjid, dakwah di fakultas, dakwah di universitas, dakwah di sekolah, dakwah di masyarakat, dakwah di dunia maya, dakwah di keluarga, dst. Hal tersebut belum termasuk penjabaran “cucunya”.
Menjadi mahasiswa dan Aktivis, hanya 2 peran manusia. Belum termasuk peran sebagai anak, sebagai kakak/adik, sebagai bagian dari masyarakat, sebagai murabbi, sebagai mad’u, sebagai karyawan (bagi yg sudah bekerja), sebagai qiyadah A-B-C-D, sebagai jundi A-B-C-D, dst.
 
Hidup memang penuh masalah… Dan dengan melihat aneka peran dan aneka aktivitas, maka masalah-masalah akan selalu ada, bahkan banyak. Sehingga seseorang harus pandai me-manage kepalanya untuk menghadapi atau mengatasi masalah yang dihadapi. Tapi tentu dengan sebuah catatan, bahwa “tidak semua masalah itu harus difikirkan”. ‘Kewajiban itu lebih banyak dari waktu yang kita miliki.” Contohnya, ADK jangan sampai terbawa arus orang-orang yang lalai, orang-orang yang karena sedikitnya aktivitas orang-orang ini, membuatnya mempunyai waktu untuk bersuudzon, ghibah, sakit hati, sensitif, mengeluh dan sejenisnya.
Bayangkan, ADK yang demikian banyak peran dan aktivitasnya, harus disibukkan pula dengan urusan orang-orang yang bisa diistilahkan sebagai BSH atau Barisan Sakit Hati.

Sehingga waktu menjadi habis untuk mengurus masalah internal. Sedang di luar sana, kaum hedonis, feminis, kapitalis, missionaris, komunis, dan is-is yang lain sudah siap menerkam dari segala arah.

Jika saja Islam diamalkan dengan sebenar-benarnya, maka akan mengikis sekian persen masalah, yang tidak harus difikirkan itu. Penghematan. Hemat energi, yaitu dengan husnudzon, tidak iri dan dengki, tidak ghibah, tabayyun, tsiqoh dan musyawarah.

Tapi, sudah sejauh manakah pengamalan Islam kita ? Jika masih minim, maka akan ada pemborosan energi dari kepala dan juga hati. Subsidi ke kantong-kantong masalah yang seharusnya tidak perlu terjadi, yang tidak perlu difikirkan. Ingat, Hemat Energi! heheheee....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar