Rabu, 24 November 2010

Menemui saudariku’
Gagahnya deru langkah pagi ini menyuratkan berjuta hikmah terindah dalam setiap detik denyut nadi penghidupan. Puja beserta puji hendaknya selalu tercurah kepada Allah SWT. Selanjutnya salawat beserta salam atas junjungan kita nabi Muhammad SAW. Ukhti lewat sepucuk surat kenangan atau mungkin surat ana yang pertama dan yang terakhir, namun jika Allah berkenang mungkin pula surat ini adalah surat pertama dan surat pembuka ikatan silaturahmi di antara kita, hanya waktu yang mampu menjawabnya. Ana bukanlah seorang pujangga yang mampu melenakan dengan kata-kata dan ana juga bukan WS.Rendra yang mampu membuat ukhti terkesima, ana hanya seorang insan biasa yang hanya mampu merangkai kata demi menyibak beribu makna. Ukhti yang sholehah, bersama denting pena dimalam sunyi ana mencoba menggoreskan apa yang terasa dan apa yang patut ana ungkapkan, ukhti tak terbersit sedikitpun dihati ana akan rahmat Allah yang diberikannya kepada ukhti, tak terlintas dimata ana ukhti akan berani mengungkapkannya, meskipun itu hanya lewat sebuah surat, ana merasa bersyukur .mempunyai saudari seperti ukhti, taukah ukhti ketika ana menerima surat ukhti kemaren sore, ana menyangka itu adalah surat undangan rapat atau surat-surat penting tentang pengelolaan organisasi kita.
mungkin di smbung besok aja kali ya,,, mo istirahat dulu..
kita sambung lagi ya,,
Ukhti semoga Allah selalu merahmatimu, bukannya ana tak menghargai perasaan ukhti sama sekali dan bukan pula ana ingin menepis perasaan yang ukhti miliki terhadapku, tapi,,,masa belum bisa memberi waktu bagi kita untuk mengikuti kekangan hawa nafsu yang meruntuhkan berjuta angan, beribu mimpi, dan berasa sampai kearah tersebut. Ana mengerti bagaimana perasaan ukhti saat membaca surat ini, jika ukhti mau membenci ana setelah membaca surat ini ana merelakannya, agar jauh jarak kita bisa membuat kita introspeksi diri, tapi,,ana mohon jangan buang ana sebagai saudara ukhti.
Adikku jika kejujuran telah ukhti sampaikan kepada ana tentang perasaan ukhti, ternyata ukhti lebih berani dari diri ana yang hanya mampu menyimpan, ana tlah terlebih dahulu merasakan hal yang sama semenjak ana mengenal ukhti, namun ana tak ingin perasaan ini mengganggu hubungan kita dalam organisasi. Ukhti ana merasa beruntung mengenal ukhti selama ini, karena semangat yang ukhti miliki, semangat yang tak ana temukan pada saudrai ana yang lain, keegoisan yang sekali-kali membuat ana berfikir untuk melawan, dan terkadang kecerian yang selalu meramaikan taman-taman kesepian dalam diri ana. Ana berfikir kembali dalam kesunyian ini dan ana harap pemikiran ana kali ini tak merugikan ana dan ukhti, jalan kita masih panjang banyak onak dan duri yang akan kita lalui. Masa yang begitu sulit kita lalui selama ini belum seberapa jika dibandingkan dengan tingginya gelombang pasang dan amukan badai agar kita mampu berlayar ke pulau impian dengan penuh kemenangan. Coba ukhti ingat kembali kisah Adam dab Hawa, Romeo dan Juliet serta Laila dan Majnun yang karena menurutkan rasa cinta rela mengorbankan segalanya,. Tapi dengan itu semua kita dapat mengambil berjuta pelajaran dan beribu manfaat, dengan demikian kita dapat memetik berjuta hikmah didalamnya, apalah gunanya kita memperturutkan nafsu dunia jika hal tersebut dapat meruntuhkan berjuta tembok-tembok peradaban masa depan yang telah lama kita bangun.
Ukhti jika Allah berkenang suatu saat nanti kita pasti akan dipertemukannya dalam suatu ikatan yang diredhainya, Amiin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar