Jumat, 07 Januari 2011

secercah motivasi

Sering kita mengira kebahagiaan akan terlahir saat kita terlepas dari ujian yang saat ini mengguncang kehidupan kita, hingga kita terjebak dan terus menunggu gelombang itu hilang, semantara badai tak kunjung reda, silih berganti menekan logika menerpa jiwa dan menggetarkan kokohnya keimanan, hampir saja manusia berkata "lelah... apakah ini taqdir?"

Padahal - jika kita sedikit saja - memaknai tentang makna dibalik ujian ujian yang ditebarkan disetiap jalanan ini, kita tidak akan mengunggu terlalu lama untuk berbahagia. Kita tidak akan menunggu hingga dipuncak gunung yang kita daki untuk melihat keindahan yang kita bayangkan, mungkin dipuncak itu tidak ada kehidupan?

Sedikitlah lebih bijak, redam obsesi kita dan lihat sekitar.
Dijalanan menuju puncak yang kita tuju, sebetulnya kita bisa menemukan keceriaan alam menyambut pagi, air yang berlomba berkejaran menuruni lembah, dedaunan yang melindungi kita, atau kicau burung yang menghibur kesedihan kita dengan ikhlas.

Manusia memang cendrung pelupa, padahal mereka mengatakan dirinya ber-iman.
Tentu saja keimanan yang telah bersemayam dan di ikrarkan itu tidak akan dibiarkan, keimanan itu akan terus di kokohkan dan dinaikan derajatnya melalui Ujian Ujian.

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: " Kami t e l a h b e r i m a n" , sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS Al Ankabut : 2)

Begitu jelas..
Bahwassannya ujian itu akan terus menerus menerpa setiap jiwa, baik berupa kesenangan atau kemelaratan. Baik dalam tawa tawa atau kesedihan kesedihan.. bahkan dalam ke-ilmuan dan nikmat dan bencana. semuanya adalah Ujian.

Ujian adalah sebuah sequence, bagi mereka yang telah mengatakan "Aku beriman! dan mengimani sepenuh hati..", dan yang harus kita perhatikan, kadar ujian itu akan diberikan sebanding atau lebih dahsyat dari kekokohan dinding iman kita,

S e h i n g g a tidak jarang orang orang sholeh ujiannya lebih b e r a t karena ikrar yang di ucapkan dalam 2 kalimah syahadat itu perlu di Uji hingga benar benar ter-Uji.

Ujian itu tidak hanya berbentuk MUSIBAH atau BENCANA DALAM KEMELARATAN, ujian bisa saja menemui kita dalam bentuk nikmat nikmat, harta, kemudahan, bahkan ilmu yang kita miliki...

"Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku". Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui". (QS Azzumar 49)

Sudah menjadi fitrah, manusia akan cendrung ingat kepada rabbnya ketika dalam keadaan terpojok, saat disana tidak ada kemungkinan untuk berlari. Tapi dari kesemua itu, justru saat kita sedang tenggelam dalam kesedihan atau kesempitan itulah kita akan mengingat Allah..

Jangan iri dengan mereka yang hidup serba mudah dengan hartanya..
Karena itu tidak jaminan untuk kebahagiaan, yang kita butuhkan didunia ini hanyalah tempat untuk berteduh dan suap demi suap makanan untuk menegakkan tulang punggung kita..

Kita lihat kembali, keteladanan zuhud-nya Rasulullah Shalalallahu Alaihi Wassalam dalam sebuah Alhadits riwayat imam Ahmad dan Ath-Tirmidzi:

Robbku menawarkan kepadaku untuk menjadikan lembah Mekah seluruhnya emas. Aku menjawab, "Jangan ya Allah, aku ingin satu hari kenyang dan satu hari lapar. Apabila aku lapar aku akan memohon dan ingat kepada-Mu dan bila kenyang aku akan bertahmid dan bersyukur kepada-Mu." (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Rasulullah, hingga Akhir hayatnya tidak mengumpulkan persediaan harta seperti yang diriwayatkan Aisyah Ra. begitu juga selama kehidupannya. Padahal Allah telah menawari Lembah Makkah (sekarang Masjidil Haram) dijadikan Emas!

Subhanallah..
Kita kadang terus berlari sekuat tenaga mengejar TITIK SUKSES yang kita bayangkan dengan imaginasi sejumlah harta yang kita targetkan, padahal apa yang kita cari setelah sukses itu adalah kebahagiaan dan ketenangan.
Secara tidak sadar kita terus berlari dan berlari kearah yang berlawanan dengan kebahagiaan - kadang bahkan tidak peduli lagi dengan ketentuan ketentuan syariah - hingga tubuh ini melemah dan lelah, sementara kebahagiaan tak juga didapat.

Tentu saja, sesuatu itu harus dengan ilmunya agar kita tidak tersesat.
Allah itu maha adil, cukup keyakinan itu akan menentramkan kita jika kita pahami secara mendalam, karena kebahagiaan tidak akan tertukar.

Betapa Indahnya,
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam mengatakan bahwa sukses itu adalah mereka yang didadanya bersemayam Iman, karena dalam iman itu ada ketengan dan kesenangan.

"Telah sukses orang yang beriman dan memperoleh rezeki yang kecil dan hatinya pun akan disenangkan Allah dengan pemberianNya itu". (HR. Muslim)

Disenangkan adalah, orang beriman akan diberi rasa senang, dengan rizki yang sedikit itu.,
Hingga mereka akan merasa cukup dan bahagia dalam setiap suap yang mereka terima dari Allah, mereka mensyukurinya dengan mengucap hamdalah. hingga nikmat itu berkualitas,

"Cukup bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang punggungnya". (HR. Ath-Thabrani)

"Kepuasan (rela dengan bagiannya) adalah pusaka yang tidak bisa hilang". (HR. Al-Baihaqi)

"Barangsiapa ridho dengan rezeki yang sedikit dari Allah maka Allah akan ridho dengan amal yang sedikit dari dia, dan menanti-nanti (mengharap-harap) kelapangan adalah suatu ibadah". (HR. Bukhari)

Ikhwahfillah,
MENANTI NANTI KELAPANGAN diatas bisa kita terjemahkan rintihan kita dalam do'a meminta kelapangan, atau bisa disederhanakan lagi sebuah suasana dimana hati kita bergumam "Ya Allah... kapan ini akan berakhir?" selama itu kita menanti........selama itu kita dihitung ibadah. Banyangkan jika itu terjadi sepanjang tahun ATAU BAHKAN SEUMUR HIDUP DALAM KESUSAHAN?

Pantas saja Rasulullah Saw dalam kesempatan lain megatakan Bahwa surga itu dipenuhi Orang Miskin.

"Aku menjenguk ke surga dan aku melihat kebanyakan penghuninya orang-orang fakir (miskin). Lalu aku menjenguk ke neraka dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita. (HR. Bukhari dan Muslim)

"Orang-orang fakir-miskin akan memasuki surga lima ratus tahun sebelum orang-orang kaya memasukinya". (HR. Tirmidzi dan Ahmad)

Semoga coretan dari fajar awal tahun ini, sedikit meredam bagi hati yang gelisah dan semoga bisa mengarahkan kembali desiran keimanan kita yang terelokan diterpa angin yang tak kunjung henti dijalanan ini.

Karena sesungguhnya Allah tidak membutuhkan keimanan kita, Allahlah yang menciptakan dan kemudian menganugerahkan rasa keimanan itu untuk menjadi lentera hati kita dan menerangi jalanan yang kita lewati agar terang benderang hingga kita menemui jembatan yang akan menghubungkan kita kepada kehidupan yang abadi dengan selamat.

"Dan barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS Al Ankabut : 6)

Wassalamualaikm warohmatullahi wabarokatuh,

(cerita dari seorang triner)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar